NOORDIN MUHAMMAD TOP ATAU NOORDIN MEMANG TOP…?

Share:

Mungkin, anda atau siapa saja tentunya tidak melewatkan berita tentang pengepungan sarang teroris yang terjadi di desa Beji Kab. Temanggung Jawa Tengah beberapa hari kebelakang, yaitu tepat pada tanggal 7 Agustus 2009. Pengepungan yang berlangsung kurang lebih 15 jam oleh Densus 88 Anti Teror Polri ini rupanya membuahkan hasil yang signifikan. Pada pagi hari sekitar jam 10, rumah yang diduga sebagai tempat persembunyian buronan kelas kakap “Noordin M Top” ini berhasil dikuasai, bahkan tidak tanggung-tanggung, personel dari Densus 88 turut melibatkan robot yang dilengkapi kamera pengintai untuk dimasukkan ke dalam rumah tersebut sebagai upaya untuk mengetahui situasi dan penghuni rumah sebelum melanjutkan operasi selanjutnya.

Tembakan bertubi-tubi dari berbagai penjuru, robot dimasukkan ke dalam rumah dan bom dengan daya ledak rendah diledakkan, serta pada tembakan terakhir ke arah kamar mandi menjadi sebuah kepastian bahwa sang teroris yang bercokol di dalam rumah tersebut sudah tidak berdaya lagi. Kini yang dikhawatirkan oleh polisi adalah adanya ranjau didalam rumah dan kemungkinan besar sang teroris memakai rompi yang dilengkapi oleh bom bunuh diri. Rupanya hal yang dikhawatirkan oleh polisi jauh dari dugaan. Sang teroris tidak memakai rompi yang dilengkapi bom dan tidak ada ranjau yang menghalangi tugas selanjutnya.

Pada saat menyaksikan secara langsung proses pengepungan rumah yang diperkirakan di dalamnya adalah Noordin M Top seperti yang santer diberitakan oleh media televisi, saya sedari awal sudah menaruh curiga “jangan-jangan bukan Noordin atau Cuma rekayasa belaka atau bisa jadi salah informasi”. Keganjalan ini saya rasakan disaat terjadi pengepungan sang teroris di dalam rumah. Katanya sich dia dengan tegas mengatakan “saya Noordin M Top”, pikir saya “masa sich maling teriak maling…?” atau “Noordin Memang Top…?”sampai dia dengan ksatrianya mengaku demikian…? Teuing ah…….lieurrrrr…….!!!

Kemudian ada lagi keganjalan yang saya rasakan waktu pengepungan terjadi (bukan pengamat intelijen nich…) dimana katanya di dalam rumah tersebut ada anak kecil dan seorang tua di dalamnya, tapi kenapa berondongan peluru dari personel Densus 88, tidak membuat anak kecil dan seorang tua yang ada didalamnya berteriak minta tolong ?. Bahkan tidak ada kabar lagi yang saya dengar tentang hal ini. Kenapa nich….?

Dugaan dari banyak kalangan memang menyebutkan bahwa, di dalam rumah yang terletak di bawah bukit tersebut diidentifikasi sebagai Noordin M Top, ini berdasarkan keterangan yang didapat dari pengakuan lima orang yang diamankan sebelumnya, diketahui bahwa di dalam rumah ada seseorang dengan karakteristik seperti Noordin Moh Top yang gempal dan kekar. Atas dasar pengakuan inilah statement berkembang menjadi sebuah opini banyak orang, bahkan tidak tanggung-tanggung stasiun televisi Al-Jazeera menyiarkan berita bahwa Noordin M Top telah meninggal. Haaa...

Saya waktu itu jadi tertawa juga dengan teman, kok bisa ? Wong di Temanggung para personel Densus 88 lagi sibuk mengendap-endap sambil mengawasi rumah yang katanya dihuni Noordin M Top, Al-Jazeera sudah berani mengeluarkan berita tentang kematian Noordin. Barangkali Al-Jazeera tahu duluan kalau Noordin mati, terus jenazahnya oleh oknum “?” dimasukkan ke dalam rumah tersebut, kemudian pihak polisi mendramatisir ini semua menjadi sebuah moment yang dapat dijadikan sebagai poin untuk mengangkat citra kepolisian….? (iseng mikir gitu).

Ok saja-lah, apapun tindakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengungkap kasus ini patut kita acungkan jempol, tentu saja pihak kepolisian juga harus berterima kasih kepada para masyarakat yang telah membantu ikut serta memberikan laporan tentang keberadaan para calon pengantin (pelaku bom bunuh diri). Coba bayangkan Kalau tidak ada warga yang melapor tentang rasa kecurigaan mereka terhadap pelaku teror seperti di Jati Asih kemarin, apa jadinya peringatan 17 Agustus kita nanti. Semoga jangan terjadi.