Perang Tagar Menolak HRS dan Menyambut HRS

Share:
Perang Tagar  #WelcomeBackHRS vs #RakyatTolakKerasFPI

Sebelumnya diberitakan bahwa pada tanggal 2 Desember 2019, Alumni 212 akan menggelar Reuni di Monumen Nasional (Monas) dengan berharap kehadiran Tokoh FPI Habib Rizieq Syihab. Hal ini disampaikan oleh Ketua Panitia Reuni 212, KH Awiet Masyhuri (Sumber)

"Pak Anies insyaallah beliau hadir. Kalau yang lain belum ada. Habib Rizieq mudah-mudahan beliau bisa hadir,"

Namun kepastian dari harapan hadirnya HRS masih menjadi tanda tanya, Awiet mengungkit dugaan pencekalan yang dialami Imam Besar FPI tersebut. Dia berharap kehadiran HRS di Reuni 212 tak sebatas suara saja.

Rencana Acara Reuni 212 yang akan dilaksanakan sudah dekat, akan tetapi menjelang tanggal 2 Desember 2019, laman twitter hari ini dibanjiri perang hastag :  #WelcomeBackHRS vs #RakyatTolakKerasFPI

Dari pantauan pada pukul 21.52 WIB, pada tiga jam yang lalu hastag #RakyatTolakKerasFPI menjadi trending nomor satu di twitter dengan jumlah 27K tweets.

Gambar : Screenshoot Trend24.in tagar #RakyatTolakKerasFPI menjadi trending nomor satu di twitter


Namun dari pantauan dua jam yang lalu tagar #WelcomeBackHRS menyusul menjadi trending nomor satu dengan jumlah 16K tweets.

Gambar : Screenshoot Trend24.in tagar #WelcomeBackHRS menjadi trending nomor satu di twitter


Perang Tagar, Twitter Tegaskan Tak Hapus Trending Topic 

Dikutip dari CNN, Twitter menegaskan tidak menurunkan topik yang menjadi tren (trending topic) tertentu apabila tidak melanggar ketentuan.  Twitter juga tidak menurunkan trending topic tertentu apabila tidak membahayakan percakapan publik.

Country Industry Head Twitter Indonesia dan Malaysia, Dwi Adriansah mengatakan trending topic tidak ditentukan oleh pihaknya, tapi oleh algoritme. Algoritme kecerdasan buatan ini akan menentukan tagar atau isu kekinian yang sedang menjadi tren.

"Pada dasarnya, Twitter punya aturannya. Trending topic itu dari algoritme. Kita tidak bisa menurunkan kalau memang tidak membahayakan percakapan publik," kata Dwi usai acara #LifeonTwitter, di Jakarta Pusat, Kamis (26/9).

"Itu [trending topik] berdasarkan algoritma jadi bukan buatan manusia Jadi dari kita itu tidak bisa tiba-tiba turun," tandasnya.

Berdasarkan situs Twitter, trending tersebut harus menjadi sebuah diskusi yang sehat. Dalam hal ini Twitter dapat mencegah konten tersebut menjadi tren.

Dalam hal ini termasuk tren yang berisi referensi gambar dewasa atau cabul. Menyebarkan ujaran kebencian yang berdasarkan pada ras, suku bangsa, asal negara, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas jenis kelamin, kelompok agama, usia, disabilitas, atau penyakit. Kemudian melanggar Peraturan Twitter.

Dalam beberapa kasus, Twitter juga dapat mempertimbangkan kelayakan suatu konten untuk diberitakan. Atau jika akun tersebut menyangkut kepentingan publik saat mengevaluasi kemungkinan pelanggaran.