Baca ini : Amin Rais ternyata sudah sejak dahulu senang bermain isu SARA

Share:
Gambar : Gus Dur saat menjelang meninggalkan Istana Presiden/ Sumber : bangkitmedia.com
Beberapa hari kemarin saya sempat membaca sebuah artikel dengan judul "Dokumen Pemakzulan Gus Dur : AR Sebagai Operator Lapangan". Artikel ini ditulis oleh seorang jurnalis dan saat ini menjadi peneliti di Narasi.TV.

Jika anda tidak ingin membaca artikel ini disini, anda juga dapat membacanya di  https://www.nu.or.id/ atau di https://alif.id/ dengan judul " Dokumen Pemakzulan Presiden Gus Dur: AR sebagai Operator Lapangan".

Menarik untuk dibaca, karena selama ini saya melihat, beberapa tokoh yang dikenal publik saya anggap sebagai orang-orang MUNAFIK. Mereka berbicara seolah-olah demi menjaga keutuhan Bangsa dan Negara, sok suci dan merasa paling mampu mengatasi masalah Indonesia. Dibalik itu mereka hanyalah tokoh-tokoh bejat yang berusaha memuaskan hasrat kepentingan pribadi dan golongannya.

Dari dokumen pemakzulan Gus Dur (semoga Allah memberkahi beliau) yang saya baca, ada beberapa hal yang membuat saya kecewa dengan tokoh-tokoh politik yang disebut dalam dokumen tersebut : 

AR inisial dari Amien Rais yang kita kenal sebagai seorang Tokoh Reformasi, sekaligus menjadi ketua MPR kala itu adalah tokok dibalik lengsernya Gus Dur dari kursi Presiden RI. Dokumen tersebut juga jelas menyatakan bahwa dia salah satu Operator Lapangan dari rencana pemakzulan Gus Dur.  

Makanya dalam setiap aksi berbau agama, AR akan selalu ada. Mulai aksi sejuta umat Islam awal Januari 2000 dan juga demontrasi konflik Ambon—konflik yang muncul ke permukaan adalah konflik agama. Sedangkan FB, lebih bermain taktis dalam pengerahan massa ormas Islam dan mahasiswa. Seperti yang tertulis dalam dokumen: 

  1. Memobilisasi gerakan FPI untuk melakukan sweeping malam dengan target memancing kerusuhan meluas. Sementara tugas utama para perwira tinggi aktif untuk melakukan anektasi, pembelahan dan pendiskriditan terhadap militer profesional dan anti dwi fungsi. 
  2. Tanggal 11 Mei 2000 di kamar 202 Hotel Borobudur. Rapat dihadiri DS, ZM, FB, UK, HA, BS, AD, dan beberapa aktivis muda lainnya dari kelompok Hammas. Pokok bahasan: melakukan penetrasi dan provokasi kembali pada gerakan mahasiswa dalam peringatan 12 Mei dan aksi di Jalan Cendana, lontarkan gosip yang bisa menyebarkan di beberapa aktivis mahasiswa, suplay senjata kepada komando jihad yang berangkat ke Maluku. Selain itu, lakukan benturan dan kontak senjata kepada komando jihad yang berangkat ke Maluku, lakukan benturan dan kontak senjata antar pihak sipil, antara militer dan polisi, agar kondisinya terus mencekam, dukung semua kekuatan yang berupaya melakukan disintegrasi bangsa dan ciptakan kerusuhan mulai dari Irian sampai Aceh. 
  3. Tanggal 31 Mei 2000 di kamar 406 Sahid Hotel. Pokok bahasan: tentang situasi politik yang memanas yang ditandai dengan diangkatnya Kasus Bulog dan Skandal Brunei. DS memberikan bantuan kepada S dan R untuk melakukan penetrasi ke pers dalam rangka semakin menggencarkan opini sehingga terjadi bentrokan dalam kubu pendukung Gus Dur.  
  4. Kemudian menyiapkan teror dan bom di berbagai kota, khususnya di Jakarta.  
  5. Mendorong pihak FPI dan Laskar Jihad untuk melakukan tindakan razia maksiat di ibu kota, seolah-olah dekat pendukung Gus Dur sehingga mereka lengah.  
  6. Tanggal 29 Juli 2000 di Cilangkap. Rapat dihadiri DS, SS, HS, FB, ES, HRZ, HS, ES, BS, dan S. Pokok bahasan: anggota dewan dikondisikan untuk mempertajam hak angket sehingga dapat membangun komitmen berikutnya pada Sidang Umum Tahunan yakni Sidang Istimewa menggusur Gus Dur. Konsolidasi kesepakatan Fraksi TNI/Polri, Golkar, PDIP, dan Poros Tengah.  
  7. Kelompok W dan HBJH akan memberikan informasi yang menyesatkan Gus Dur sehingga Gus Dur salah langkah, misalnya soal keamanan, intelijen, dan stabilitas politik, membuat opini dan menghantam kelompok kanan yang seolah-olah dilakukan oleh Gus Dur.  
  8. Titik gerakan dan eskalasi antara lain di Blok M, Hotel Indonesia, LBH, Cendana, Matraman, Manggarai, Senen, Tanjung Priok, Kota, DPR/MPR, Monas (Istana), Senayan, dan BI.  
  9. Juga peladakan bom waktu dengan sasaran Hotel Indonesia, BEJ, Blok M, Kejaksaan, Gereja Kathedral, Bina Graha, Stasiun Gambir, Atmajaya, Trisakti, Sarinah, Kedubes AS, Kedubes Australia, Kedubes Malaysia, dan gedung sekitar Monas. Standar bom milik AD.  
  10. Sejumlah provokator disiapkan membawa bom molotov untuk membakar gedung-gedung di sekitar Jakarta. Daerah yang disiapkan untuk meletus kerusuhan yaitu Ujung Pandang, Purwokerto, Pekalongan, Cianjur, Surabaya, Ambon, Tasikmalaya, Garut, Medan, Palembang, Lampung, Yogyakarta, Bali, Bandung, dan Semarang.  
  11. Tak hanya di luar parlemen, penggalangan massa ormas Islam juga digerakan oleh partai melalui organisasi sayapnya. PK menggalang KAMMI digalang HNW, PAN menggerakan massanya dipimpin oleh PA, dan massa PBB diinisiasi oleh HZ.  
Selain itu, dalam dokumen lain juga disebutkan bagaimana publik akan dibuat bingung dalam kasus Ajinomoto. Operator penggalangan isunya adalah DS di lembaga halal. DS ini pernah jadi anggota Golkar juga. Menjelang berakhirnya Gus Dur, AR dan FB aktif berkomunikasi dengan Kapolri B dan Kapolda SJ. Bahkan, jaringan itu terus mereka bangun setidaknya sampai pemilu 2019.

Saya awalnya skeptis dengan hal-hal yang berbau politik, apalagi saat itu melihat kondisi ketika munculnya kasus penistaan agama yang dialami oleh mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Kentalnya nuansa politis dan kepentingan yang tidak bisa terelakkan. 

Munculnya demo berjilid-jilid dari GNPF yang tidak lain adalah sebagai ajang panggung bagi tokoh-tokoh politik, tokoh khilafah, dan kepentingan lain semakin membuat mereka yang berkepentingan bersorak ria. 

Lihatlah ketika menjelang dan sesudah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu Legislatif langsung pada tanggal 19 Juli 2019. Nuansa-nuansa berbau sara sering terjadi, keributan mulai dibangun, kasus kudeta, bahkan hingga menjelang pengumuman Presiden dan Wakil Presiden terpilih dari KPU RI, gerakan-gerakan mereka masih ada. 

Ternyata, aktor-aktor itu masih ada, semakin mereka gagal, semakin mereka berusaha melegalkan berbagai macam cara demi memenuhi hasrat kekuasaan.

Saya jadi berpikir, mengapa beberapa kejadian sejak sebelum pemilu 2019 dan pasca-pemilu 2019 banyak rencana-rencana yang gagal? Saya kira cara main dari aktor-aktor ini sudah dibaca, disamping itu terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terlibat berada dalam pemerintahan dan sudah mengendus modus permainannya.

Kalian sudah tua, sebagian dari atau kalian yang masih hidup akan segera mati dan kami akan mengenang nama kalian sebagai penghianat dan perusak moral bangsa. 

Saudara-saudaraku sebangsa. Ingatlah... jangan anda terpengaruh dan diperalat oleh kelompok-kelompok politik yang menghalalkan berbagai macam cara demi ambisinya. 

Hidupmu hanya sekali, gunakan agar kita menjadi orang yang memiliki manfaat bagi banyak orang.
Alfatihah untuk KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Semoga beliau tenang melihat orang-orang yang dahulu menghianatinya akan segera mati, dan tidak lagi membuat kacau negeri ini. 

Konten Dokumen adalah milik dan hak cipta www.nu.or.id
- Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/109458/dokumen-pemakzulan-presiden-gus-dur--ar-sebagai-operator-lapangan
- Inisial Tokoh dapat disearching pada Google (ada beberapa web/situs yang jelas membuka nama dari inisial para tokoh-tokoh diata)