4 Hal yang Perlu Diketahui tentang Virus Nipah

Share:
Ilustrasi Virus

Virus nipah belakangan menjadi pembahasan di tengah pandemi virus corona yang belum selesai.  Virus nipah disebut-sebut berpotensi untuk menjadi pandemi baru. Pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi pada geografis yang luas atau menyebar secara global.

Menurut WHO, pandemi tidak ada hubungannya dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi, namun pada penyebaran geografisnya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri telah mengimbau kepada para pihak terkait untuk mewaspadai adanya potensi penyebaran virus nipah di Indonesia. "Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto dikutip dari Antara, Rabu (27/1/2021).

Berikut ini sejumlah hal yang perlu diketahui seputar virus nipah: 

1. Asal virus nipah 

Virus Nipah adalah virus yang ditemukan di kawasan Asia. Ia ditemukan oleh pemburu virus asal Thailand, Supaporn Wacharapluesadee. Mengutip BBC (12/1/2021), Wacharapluesadee adalah peneliti di Chulalongkorn University, Bangkok.

Ia telah mengambil ribuan sampel kelelawar dan mendeteksi banyak jenis virus. Di antara jenis virus corona yang banyak ia temukan, ada jenis virus lain yang berhasil ia dapatkan, itu adalah virus nipah yang dapat menular kepada manusia dan belum ada vaksinnya.

2. Belum terdeteksi di Indonesia 

Sejauh ini virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia. Meskipun pada 1999 wabah virus nipah pernah merebak di Malaysia. Virus nipah ketika itu menyebar di Semenanjung Malaysia pada ternak babi dan manusia.

Didik mengatakan, Indonesia harus selalu waspada penyebaran virus dari babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah. Hal ini karena dari sejumlah penelitian kelelawar buah bergerak teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang berdekatan dengan negeri Jiran tersebut.

"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia, " kata Didik. Ia mengatakan pemerintah telah melakukan pengetatan ekspor dan impor komoditas babi dan produk antara Indonesia dan Malaysia. "Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia, pemerintah Indonesia hanya menerima kiriman yang disertai dengan sertifikat kesehatan dan dikeluarkan oleh Departemen Layanan Hewan Malaysia untuk menyatakan bahwa babi yang diekspor sehat," kata dia.

3. Belum ada vaksin 

Mengutip Kompas.com (26/1/2021) virus nipah dimasukkan WHO dalam daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat. Virus nipah adalah salah satu virus yang belum ada vaksinnya. Ada sejumlah alasan yang membuat virus nipah begitu mengancam yakni: 
  • Periode inkubasi yang lama dilaporkan setiap kasus perlu waktu hingga 45 hari, sehingga ada kesempatan bagi inang yang terinfeksi, tidak menyadari bahwa mereka sakit sehingga bisa menyebarkan. 
  • Dapat menginfeksi banyak jenis hewan yang makin menambah kemungkinan penyebarannya.
  • Dapat menular baik langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi.

4. Gejala virus nipah 

Virus nipah berasal dari inang kelelawar buah. Virus ini disingkat dengan nama NiV dan dapat menyebabkan kematian di antara 40-75 persen orang yang terinfeksi Sejumlah gejala mereka yang terinfeksi yakni infeksi saluran pernapasan akut, kejang, ensefalitis fatal hingga koma dalam waktu 24-48 jam. Adapun gejala umumnya adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Hal yang Perlu Diketahui tentang Virus Nipah", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/29/063000065/4-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-virus-nipah?page=3.

Penulis : Nur Rohmi Aida

Editor : Sari Hardiyanto