KAJIAN PERBATASAN DAN STUDI PERBATASAN

Share:
Sebuah Pengantar Bagian II
Riwanto Tirtosudarmo
(Lembaga Ilmu Pengeahuan Indonesia)

Di Indonesia, kajian atau studi tentang perbatasan masih berada pada tahap paling awal. Kajian-kajian yang ada umumnya masih dilakukan dengan pendekatan konvensional, dalam arti belum menggunakan konsep-konsep dari kerangka teoretis yang mulai dikembangkan oleh berbagai pusat kajian tentang perbatasan, baik di Eropa maupun Amerika. Dalam pendekatan yang konvensional, daerah perbatasan terutama masih dipandang dalam kacamata pertahanan-keamanan suatu negara, atau dilihat sebagai sekedar daerah frontier yang masih harus dikembangkan secara ekonomi.

Dalam kumpulan tulisan ini, Riwanto Tirtosudarmo (Kalimantan Barat sebagai Daerah Perbatasan: Sebuah Perspektif Demografi-Politik) mencoba menggunakan pendekatan demografi-politik dalam mengkaji daerah perbatasan Kalimantan Barat. Uraian Riwanto masih berada dalam perspektif konvensional yang didominasi oleh pemahaman perbatasan sebagai domain yang harus dijaga secara strategis dan militer dari berbagai kemungkinan infiltrasi dari luar. Pada sisi yang lain, Leonard Andaya (Orang Asli and Melayu Relations: A Cross-Border Perspective) justru melihat perbatasan sebagai seorang ahli sejarah dari kacamata yang sangat berbeda. Perbatasan tidak diartikan sebagai batas-batas fisik-geografis, tetapi sebagai batas-sosial dan kultural. Uraian historisnya tentang pergeseran batas-batas identitas yang terjadi pada Orang Asli dan Melayu di Malaysia merupakan contoh pendekatan yang baru dalam studi perbatasan. 

Tulisan Riwanto dan Andaya, yang diangkat dari makalah yang disajikan dalam panel tentang Dinamika Sosial-Budaya di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia: Pengalaman Masa Lalu, Masa Kini dan Prospek Masa Depan pada Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA ke-2 di Padang, 2001, diharapkan dapat mendorong minat para peneliti untuk mengkaji lebih lanjut berbagai masalah perbatasan. Minat terhadap kajian tentang perbatasan di Kalimantan sesungguhnya telah mulai berkembang. Hal itu terlihat dari cukup besarnya jumlah pemakalah untuk panel tentang perbatasan dalam Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA ke-2 di Padang. 

John Haba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengulas masalah: Pola Hubungan Sosial Antara Kelompok Etnis di Entikong dan Jagoi Babang, Kalimantan Barat. Noboru Ishikawa dari Kyoto University menyampaikan makalah berjudul Genesis of Nation Space: A Case from the Border-land of Southwestern Sarawak, 1871–1941,dan Kristof Obidzinsky dari Amsterdam University tentang Nunukan/Tawau Interface-Economy and Politics of Cross-Border Timber Trade in Historical Perspective. Kedua tulisan ini sayang tidak dapat disertakan dalam nomor khusus ini karena telah direncanakan sebelumnya oleh kedua penulis untuk diterbitkan di media lain.

Demikian pula halnya dengan makalah pelengkap yang dikirimkan oleh Polline Bala (Interecthnic Ties along the Kalimantan Sarawak Border in Highlands Borneo: The Kalabit and Lun Berian Case in the Kelabit-Karayan Highlands). Dua tulisan lain tentang perbatasan dalam penerbitan ini juga berasal dari makalah dalam simposium internasional tersebut, yaitu tulisan Robert Siburian (Entikong: Daerah Tanpa Krisis Ekonomi di Daerah Perbatasan Kalimantan-Sarawak) dan Fariastuti (Mobility of People and Goods across the Borger of West Kalimantan and Sarawak). Karena sifat pemaparannya sebagai suatu laporan penelitian, kedua tulisan tersebut diterbitkan dalam Rubrik Berita Penelitian.

Salah satu lembaga yang berusaha mengembangkan penelitian tentang masalah-masalah perbatasan di Indonesia adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, khususnya Pusat Penelitian Politik, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan, dan Pusat Peneltian Kependudukan. Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, misalnya, saat ini bekerja sama dengan The Toyota Foundation melakukan penelitian di Kalimantan Barat (2000) dan Kalimantan Timur (2001). 

Laporan penelitian di Kalimantan Barat telah diterbitkan sebagai buku berjudul Dinamika Sosial dan Budaya di Daerah Perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, dan saat ini sedang disiapkan penerbitan hasil penelitian di Kalimantan Timur. Sebagian hasil penelitian di Kalimantan Timur akan dipresentasikan dalam panel bertema: The Making and Unmaking of Borneo’s Borderland dalam 7 th Borneo Research Council Conference yang akan diselenggarakan di Kota Kinibalu, Sabah, tanggal 15–18 Juli 2002. 

Pada nomor khusus ini juga ditampilkan tulisan dari Goh Beng Lan berjudul Cultural Hibridity in Southeast Asia: Locating What’s Local and Specific as also Comparative and Global. Tulisan yang berasal dari makalah dalam panel Conceptual and Comparative Issues of the Local and the Global: Perspectives from Indonesia's Neighbours dalam Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA ke-2 itu tidak secara khusus mengupas soal perbatasan. 

Namun, tulisan itu dianggap tepat untuk disertakan dalam edisi khusus ini, karena analisisnya dapat memberikan pemahaman secara komprehensif tentang dimensi global dari berbagai perubahan bersifat lokal di kawasan Asia Tenggara. Kajian dan studi tentang perbatasan perlu mencermati pengaruh globalisasi yang tidak mungkin dihindari atas persepsi aktor-aktor di tingkat negara dan di luar lingkup negara. Demikian pula halnya dengan pengaruh globalisasi terhadap respons komuniti-komuniti lokal yang menghuni wilayah perbatasan, akan nasib dan masa depannya.


URL Source: http://www.fisip.ui.ac.id/


Tertarik Bisnis Forex Online? klik dan baca artikelnya disini :
Mengenal Forex Trading dan Investasi Perdagangan Mata Uang

Tertarik Bisnis Forex Online? klik dan baca artikelnya disini :
Mengenal Forex Trading dan Investasi Perdagangan Mata Uang