TASIKMALAYA DIGOYANG GEMPA, BANDUNG-PUN IKUT BERGOYANG

Share:
Rabu, 02 September 2009 sekitar pukul 14.55 WIB. Warga Kota Bandung mendadak dikejutkan dengan guncangan yang cukup keras. Saya yang lagi santai di depan komputer spontan panik dengan goyangan bumi ini. Bahkan begitu saya keluar ruangan, rupanya di luar sudah banyak warga yang ribut sambil berzikir menyebut nama Allah. Bahkan dalam beberapa menit kemudian disusul lagi dengan gempa yang berkekuatan lebih kecil sebanyak dua kali.

Menurut informasi mengenai gempa yang menggoyang Bandung rupanya berpusat di Tasikmalaya, Jawa Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat kekuatan gempa sebesar 7,3 skala Richter. Posisi gempa berada pada 8,24 Lintang Selatan-107,32 Bujur Timur, atau 142 km barat daya Tasikmalaya.

Awalnya, BMKG bahkan menyebutkan gempa ini berpotensi menimbulkan tsunami dan meminta peringatan itu agar diteruskan kepada masyarakat. Namun, peringatan itu akhirnya dicabut. 

Kekuatan gempa ini tidak saja dirasakan di Bandung, akan tetapi beberapa kota di Jawa Barat, seperti Jakarta, Sukabumi, Ciancur, Bogor, Garut dan yang terparah di Tasikmalaya. Sedangkan wilayah Jawa Tengah dan DIY Jogyakarta juga merasakan dari guncangan akibat gempa Tasikmalaya.

Ini memang bukan yang pertama kalinya terjadi. Namun, peristiwa yang kerap berulang ini seolah menjadi peringatan bahwa wilayah Jawa memang sangat rawan akan guncangan gempa. Mungkin kita masih ingat beberapa tahun kebelakang yaitu pada 17 Juli 2006 disaat terjadi gempa yang disusul Tsunami di Pangandaran. Tsunami yang ditimbulkan pada gempa yang terjadi itu telah menelan setidaknya 659 jiwa. Saat itu, gempa bumi menyebabkan gelombang tsunami setinggi dua meter yang menghantam desa-desa di pesisir selatan Jawa Barat di Cipatujah, Tasikmalaya, Pangandaran dan Ciamis.

Selanjutnya pada 9 Agustus 2007, gempa melanda pesisir Indramayu, Jawa Barat dengan kekuatan 7,5 skala Richter, naik dari data sebelumnya 7,3 skala Richter. Lokasi gempa 5.968 derajat lintang utara dan 107.655 derajat bujur timur, pada kedalaman 289,2 km.

Mengenai penyebab terjadinya Gempa. Secara ilmiah, boleh dikatakan bahwa gempa terjadi akibat getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Bagaimana getaran itu terjadi? Kerak bumi ini merupakan lempengan yang kaku.

Di daerah yang labil, lapisan litosfer ini mengalami perubahan letak. Misalnya di satu bagian terangkat ke atas, sedangkan di bagian sebelahnya menurun atau bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada perbatasan antara dua bagian yang bergeser ini menimbulkan ketegangan yang lama-kelamaan akan patah yang mendadak. Patahan yang mendadak itulah yang menimbulkan getaran gempa. 

Tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan gempa ini bermacam-macam. Karena itu gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, bentuk episentrumnya, letak hiposentrumnya, jarak, dan letak episentrumnya.

Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan:
1. Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang terkuat dan bisa meliputi wilayah yang luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik yaitu berupa patahan atau retakan.
2. Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi, sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik.
3. Gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua yang terdapat di dalam litosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang. Gempa ini relatif lemah dan hanya terasa di sekitar tempat runtuhan terjadi.

Masih banyak penggolongan jenis gempa. Misalnya berdasarkan bentuk episentrumnya, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gempa linier dan gempa sentral. 

Gempa linier yaitu episentrumnya berupa garis. Sedangkan gempa sentral yaitu episentrumnya berbentuk suatu titik. Berdasarkan letak kedalaman hiposentrumnya dibedakan menjadi tiga macam gempa, yaitu gempa dalam, gempa intermedier (menengah), dan gempa dangkal. 

Berdasarkan jarak episentrumnya, gempa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gempa setempat, gempa jauh, dan gempa sangat jauh. Berdasarkan letak episentrumnya, gempa dapat dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat. Jika gempa darat merupakan gempa yang pusatnya berada pada daratan, sebaliknya jika gempa laut merupakan gempa yang berpusat pada laut seperti yang terjadi di Tasikmalaya.

Gempa bumi paling sering terjadi antara patahan (perbatasan atau sempadan) satu lempeng benua dengan lempeng yang lain. Contoh paling nyata adalah Indonesia. Indonesia terletak di atas patahan benua Eurasia dan benua Australia. Dan patahan ini diperkirakan berada di bagian barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan utara Papua. Tak heran kalau di wilayah inilah paling sering terjadi gempa, seperti yang pernah terjadi di Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Yogya, dan Nabire.


Referensi: