Eropa Bersiap untuk Brexit Tanpa Kesepakatan

Share:
Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Selasa (18/12) bahwa pihaknya akan menerapkan rencana jika Brexit terjadi tanpa kesepakatan dan mulai memberitahu bisnis dan warga untuk bersiap-siap. Kegagalan Perdana Menteri Theresa May untuk membuat kesepakatan yang akan disetujui parlemen Inggris berarti ekonomi terbesar kelima di dunia itu kini menghadapi tiga pilihan: menyetujui kesepakatan di kesempatan terakhir, menghentikan Brexit, atau meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan. Banyak perusahaan Eropa bersiap untuk menerima goncangan ekonomi jika skenario “malapetaka” ini menjadi kenyataan pada 29 Maret tahun depan.



Oleh: Al Jazeera

Uni Eropa dan bisnis-bisnis telah menggenjot produksinya, bersiap untuk menerima dampak dari berpisahnya Britania Raya dari Uni Eropa yang tanpa kesepakatan, 100 hari sebelum Brexit.

Banyak perusahaan Eropa bersiap untuk menerima goncangan ekonomi jika skenario “malapetaka” ini menjadi kenyataan pada 29 Maret tahun depan.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada hari Rabu (19/12) mengatakan bahwa “malapetaka” akan terjadi jika Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa adanya kesepakatan transisi.

Karena alasan ini, komisi dan negara anggota UE bekerja keras untuk menghindari skenario seperti itu, Juncker menambahkan, “kedua belah pihak butuh kerja sama untuk mencapai kesepakatan”.

Kegagalan Perdana Menteri Theresa May untuk membuat kesepakatan yang akan disetujui parlemen Inggris berarti ekonomi terbesar kelima di dunia itu kini menghadapi tiga pilihan: menyetujui kesepakatan di kesempatan terakhir, menghentikan Brexit, atau meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Tidak ada kesepakatan berarti tidak akan ada transisi, jadi semua akan terjadi secara mendadak. Gubernur Bank Inggris, Mark Carney, mengatakan bahwa meninggalkan Uni Eropa tanpa transisi bisa memunculkan kondisi seperti saat krisis minyak tahun 1970-an.

May belum mendapatkan dukungan dari parlemen yang sangat terpecah itu untuk perjanjian yang dia buat bulan lalu dengan para pemimpin Uni Eropa untuk mempertahankan hubungan erat dengan blok tersebut.

Tidak ada alternatif

Namun, politisi Inggris masih belum bisa menyetujui alternatif Brexit, dan ini telah memperdalam kekhawatiran Inggris, seperti yang diperingatkan May, untuk keluar dari blok perdagangan terbesar di dunia tanpa kesepakatan.

“Bisnis dari semua ukuran telah mencapai titik di mana tidak ada harapan, dengan sebagian besar dari mereka sekarang menempatkan rencana darurat yang boros waktu dan uang,” kata kepala lima kelompok lobi bisnis terbesar Inggris. “Risiko terjadinya Brexit ‘tanpa kesepakatan’ meningkat.”

Uni Eropa mengatakan bahwa pihaknya akan menghindari gangguan lalu lintas udara, tetap membuka keuangan dan perdagangan lainnya, dan menghormati hak residensi warga Inggris di Uni Eropa jika Inggris berpisah tanpa kesepakatan pada bulan Maret nanti.

“Komisi telah meminta Negara Anggota untuk melakukan pendekatan yang murah hati kepada warga Inggris yang sudah menjadi penduduk di wilayah mereka,” kata Komisi Eropa dalam sebuah pernyataan  pada hari Rabu (19/12).

“Komisi mengharapkan jaminan yang diberikan oleh otoritas Inggris—bahwa, bahkan jika tidak ada kesepakatan, hak-hak warga Uni Eropa di Inggris akan dilindungi dengan cara yang sama—akan segera disahkan sehingga dapat dimanfaatkan oleh warga.”
Peringatan dari perusahaan raksasa

Perusahaan-perusahaan terbesar dunia, dari Apple dan Toyota hingga JP Morgan dan Goldman Sachs, telah memperingatkan bahwa Brexit dapat mempersulit bisnis mereka.

Para pemimpin bisnis khawatir bahwa pemeriksaan tambahan di perbatasan Inggris-Uni Eropa pasca-Brexit akan menyumbat pelabuhan, melumpuhkan arteri perdagangan dan rantai pasokan di Eropa dan sekitarnya.

“Perusahaan berhenti atau mengalihkan investasi yang seharusnya meningkatkan produktivitas, inovasi, pekerjaan dan pembayaran, menjadi penimbunan barang atau material, mengalihkan perdagangan lintas batas dan memindahkan kantor, pabrik, pekerjaan, dan pendapatan pajak dari Inggris,” kata grup bisnis tersebut.

Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Selasa (18/12) bahwa pihaknya akan menerapkan rencana jika Brexit terjadi tanpa kesepakatan dan mulai memberitahu bisnis dan warga untuk bersiap-siap.

May telah menunda pemungutan suara pada kesepakatannya sampai pertengahan Januari, menyebabkan beberapa anggota parlemen menuduhnya untuk mencoba memaksa parlemen untuk mendukungnya karena sudah mendekati batas waktu Brexit, 29 Maret.

Pada hari Rabu (19/12), May mendesak para pemimpin Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara untuk “mendengarkan saran dari pebisnis” dan mendukung kesepakatannya.

Tanpa adanya kesepakatan, Inggris akan berdagang dengan UE di bawah ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia.

Pendukung Brexit mengatakan bahwa walaupun mungkin ada beberapa gangguan jangka pendek, dalam jangka panjang, Inggris akan berkembang di luar apa yang mereka bayangkan di tengah percobaan dalam kesatuan yang didominasi Jerman dan pengeluaran kesejahteraan yang didanai utang yang berlebihan.

Keterangan foto utama: Perdana Menteri Inggris Theresa May telah gagal membuat kesepakatan yang disetujui oleh Parlemen Inggris. (Foto: Toby Melville/Reuters)

Sumber : Mata-mata Politik