Siang tadi selepas bangun tidur, saya ke luar dari kosan menuju jalan untuk mencari makan dan sekalian mengantar gallon air yang belum sempat dikembalikan ke warung. Sebelum saya masuk ke rumah tempat saya mengembalikan gallon saya melihat ada sebuah Koran terbitan Bandung (Tribun Jabar) di atas kursi sang pemilik rumah.
Saya iseng saja melihat berita apa yang terhangat hari ini, termasuk iseng-iseng melihat perkembangan tentang para capres dan cawapres kita yang sebentar lagi akan berlaga di panggung pemilihan pada tanggal 08 Juli 2009 mendatang.
Anehnya perhatian saya beralih tertuju pada sebuah headline berita yang kebetulan juga berada dihalaman depan surat kabar ini “VIDEO PEMBANTAIAN BIADAB TKI OLEH PREMAN DAN APARAT MALAYSIA BEREDAR” Sayapun tertarik dengan berita ini, karena sudah beberapa bulan ke belakang mendengar nama “MALAYSIA” perasaan saya selalu geram ingin melihat hancur negara kurang ajar ini dan ingin sekali untuk memaksa bagaimana caranya pemerintah bersikap tegas terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Negara ini dan sedikiiiiiit saja memberikan rasa keadilan bagi para pahlawan devisa kita di sana. Tapi sayang keinginan tinggal keinginan dan harapan hanya sekedar harapan yang tidak mampu direalisasikan oleh rakyat kecil seperti saya ini.
Selanjutnya, disaat membaca berita tentang pembantaian ini, Demi Allah kenapa perasaan saya menjadi sedih sekali dengan nasib yang diderita oleh kawan-kawan saya yang dengan keinginan yang tinggi dari daerah asalnya untuk merubah nasib ke negeri jiran ini akhirnya berujung pada sebuah perkelahian dan akhirnya mati ditangan preman Malaysia yang menggunakan Samurai.
Sesuai dengan sumber berita yang saya baca , menurut ceritanya, kejadian itu berlangsung Maret 2009, ketika jam istirahat siang, sekitar pukul 13.00 waktu Malaysia. TKI kita sedang beristirahat. Entah karena tersinggung masalah apa, seorang samseng (preman) marah dan menantang TKI. Tantangan tersebut diterima saja oleh TKI yang mengira para samseng tidak bersenjata. Tapi, ternyata samseng tersebut mengambil samurai dan membantai satu di antara TKI yang ada di sana. “Sebenarnya, saat dibantai dengan samurai, orang itu belum mati, namun karena ada polisi Diraja Malaysia yang melerai dengan kasar, ia meninggal dan dilempar begitu saja ke dalam mobil,”
Ketika salah seorang TKI mengkonfirmasi tentang kejadian ini kepada konsulat kita di Kuching, namun waktu itu mereka (konsulat) hanya mengatakan no comment saja. Mereka mengatakan bahwa tidak ada komentar dari konsulat tentang masalah ini.
Saya menulis ini, bukan berarti saya memanasi para pembaca, melainkan saya hanya sekedar ingin mendapat jawaban dari teman-teman yang membaca tentang ketegasan wakil kita di Negara Malaysia sana dan tindakan tegas dari pemerintah Indonesia untuk menghadapi hal yang demikian. Karena kalau saya melihat akhir-akhir ini Negara kita selalu saja menjadi cemoohan karena kurang tegasnya dalam menjalin hubungan kerjasama dan mengatasi setiap permasalahan.
Bukan sampai di sini saja, masalah yang dihadapi Indonesia dengan Malaysia cukup banyak yang menyita perhatian publik, yang paling menonjol adalah masalah pelanggaran yang dilakukan oleh Patroli Kapal Lalut Tentara Diraja Malaysia yang dengan jelas-jelas masuk ke wilayah perairan NKRI tanpa adanya koordinasi dari pihak Tentara Indonesia, belum tuntas masalah ini muncul sosok manohara yang dipersunting oleh putra raja klantan yang ceritanya mendapat perlakuan yang sangat tidak wajar, masalah TKI, Pembajakan hak cipta dan lain sebagainya.
Bagaimana saya tidak sakit hati, berbagai masalah dengan Negara ini selalu saja diselesaikan dengan cara yang tidak memuaskan, dan pada akhirnya sakit hati tertuju pada Negara sendiri yaitu Indonesia. Ya itu tadi, karena tidak puas dengan penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Lho… bukannya kebalik…? Ko malah sakit hati pada Negara sendiri…? Ya pikir saja sendiri . . . .!
Kalau kita kembali mengingat sejarah. Mengapa Bung Karno melakukan konfrontasi dengan Malaysia dan mempropagandakan Ganyang Malaysia, karena Malaysia hanyalah boneka, yang menjadi target Bung Karno adalah dalangnya Malaysia, yaitu Inggris. Andaikan Bung Karno masih berkuasa jangan harap kita akan berdamai dengan Malaysia, kecuali dengan negara Malaysia yang merdeka dan berdaulat. jadi walaupun tampaknya Malaysia bebas menentukan kebijaksanaan negerinya sendiri, pada hakekatnya tidak, karena Malaysia hanyalah negeri boneka, yang diatur dan dikendalikan oleh Inggris.
Dan sebagai bangsa, Malaysia amatlah menyedihkan, karena tidak mempunyai pahlawan perjuangan, karena itu Malaysia belum merdeka dan belum berdaulat. Walaupun layaknya seperti negeri berdaulat dan merdeka, tetapi fakta kenyataannya di Malaysia itu tidak ada Demokrasi, tidak ada kebebasan pers, tidak ada kebebasan berserikat dan berkumpul. Sehingga perilaku dan tindak-tanduk masyarakatnya terkadang aneh dan mengerikan, tetapi begitulah masyarakat koloni penjajahan, dan untuk menutupi dan melampiaskan kekecewaaan, iri hatinya dan ketidaksenangannya terhadap Indonesia, mereka melakukan provokasi-provokasi, pencurian, perampokan dan penyerobotan terhadap Indonesia.
Sekarang, bagaimana caranya Bapak/Ibu atau siapa sajalah anda yang punya wewenang dengan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa kita ini, diselesaikan dengan cara yang memuaskan atau sedikit tegas-lah agar seluruh rakyat seperti saya ini juga tidak merasa sakit hati atas tindakan-tindakan dan solusi yang diberikan. Bila perlu perang saja dan saya-pun siap mendukung TNI. Matipun tidak masalah yang penting kematian saya nanti adalah membawa sebuah kepuasan bahwa Negara kita ini rupanya adalah Negara yang berani dan tidak ingin dilecehkan oleh Negara lain khususnya Negara yang kecil se-upil Malaysia.
sumber :
http://www.lintasberita.com
http://www.topix.com
Tribun Jabar