Natuna, Menteri Susi, dan "Stay Cool, Man"

Share:

Tiba-tiba saja kita kembali mendengar berita tentang kehadiran kapal-kapal nelayan China di perairan Natuna yang dikawal oleh Kapal Coast Guard nya. 

Berita yang lama tidak terdengar soal pencurian ikan di perairan Indonesia muncul kembali. 

Prof. DR. Hikmahanto Juwana, guru besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, dalam salah satu komentarnya kepada awak media mengatakan bahwa kehadiran kapal-kapal China di perairan Natuna untuk mengececk reaksi pejabat baru Indonesia. 

Tentu saja dalam hal ini yang dimaksud adalah kebijakan bidang kelautan pasca-Susi Pudjiastuti.

Masalah Natuna ini menarik dicermati, terlebih melihat respons beberapa pejabat yang terkesan berbeda satu sama lain. 

Namun, ada yang hilang dari beberapa pandangan sikap itu yaitu sikap tegas yang dulu selalu diulang-ulang oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti: tenggelamkan!

Kebetulan saya dengan beberapa teman dekat “ngobrol” ringan membahas tentang masalah kapal China di perairan Natuna tersebut. 

Dari obrolan santai tetapi juga agak serius itu, ada beberapa hal yang dapat diangkat ke permukaan yang mungkin saja ada manfaatnya. Paling tidak, bisa menghibur. Persoalan serius perairan Natuna harus dihadapi dengan cool saja. 

Diskusi tidak bisa lepas mengupas apa yang telah dikerjakan Menteri Kelautan sebelum ini. 

Menteri Susi dengan latar belakang pendidikan yang tidak tinggi ternyata telah menunjukkan kecerdasannya dalam mengelola Kementerian Kelautan selama lima tahun belakangan. 

Minimal realitanya tidak pernah ada kejadian seperti sekarang yaitu kapal-kapal China bebas bergerak di perairan Natuna dan dikawal oleh Coast Guard RRC. 

Menteri Susi dan penenggelaman kapal 

Di era Menteri Susi ada ritual penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan. Susi menyatakan dengan tegas bahwa yang dilakukannya merujuk undang-undang dan peraturan yang berlaku. 

Kepada para duta besar dari negara-negara yang kapal nelayannya tertangkap mencuri ikan, Susi meminta pengertian bahwa apa yang dilakukannya sesuai dengan peraturan. Ia menegaskan, yang ditenggelamkan bukan kapal negara A, B, atau C, tapi kapal pencuri. 

Ia juga menekankan, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang mempunyai hak untuk melindungi para pencuri. 

Awalnya, para dubes itu tentu kaget dengan pernyataan yang amat tegas dan lugas dari seorang menteri perempuan Indonesia.

Kelebihan Susi adalah ia dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris praktis. Sehingga, apa yang disampaikannya bisa dengan mudah dipahami. Ia tidak memiliki hambatan dalam komunikasi di forum-forum internasional. 

Salah satu yang mengemuka adalah pendapatnya tentang traditional fishing right yang tidak bisa di terjemahkan sebagai “bebas mencuri ikan” di wilayah negara orang lain. 

Dari ini saja sudah menunjukkan kelebihan Sang Menteri dengan para pejabat pemerintah lainnya. Ia berani dan pandai berbahasa Inggris praktis sehingga mampu menjelaskan dengan loud and clear serta tegas dalam bersikap. 

Skill seorang Susi 

Di awal masa jabatannya, sudah menjadi rahasia umum bahwa para penegak hukum laut Indonesia sulit berkumpul dalam satu wadah, terlebih dalam satu naungan komando dan pengendalian lapangan. 

Ketika itu ada Bakamla kemudian Bakorkamla dan kemudian entah apalagi namanya. 

Tidak banyak yang mengira bahwa kemudian Susi justru membangun sebuah satuan tugas yang dinamakan Satgas 115. 

Satgas ini menghimpun seluruh kekuatan di laut termasuk Angkatan Laut dan menempatkan dirinya sendiri sebagai Komandan Satgas. 

Tidak begitu jelas apa penyebabnya, akan tetapi satgas ini ternyata sangat sukses dalam pelaksanaan program kerja mengawasi perairan Indonesia dengan jargon yang sangat populer yaitu “tenggelamkan kapal pencuri ikan”. 

Sebuah kecerdasan dalam menyusun strategi kerja lapangan yang efektif efisien. 

Di sini terlihat bahwa kemampuan leadership dan manajemen Susi, terutama dalam hal decission making procces, amat menonjol. 

Setelah satgas terbentuk mulai bermunculanlah berita mengenai kapal-kapal yang ditenggelamkan. Aktivitas pencurian ikan di laut nusantara pun menurun drastis. 

Tidak hanya leadership dan management skill yang mengemuka, Susi juga memperlihatkan commandership dan kemampuan mengatasi konflik-konflik internal, termasuk mengoordinasikan institusi-institusi di luar kementeriannya, meskipun terlihat beberapa kali perbedaan pandangan dengan menteri koordinator di atasnya. 

Skill yang dimiliki Susi yang disebut di atas sebenarnya adalah implementasi praktik lapangan dari beberapa mata ajaran utama di lembaga pendidikan sekelas war college. 

Pada titik inilah, banyak orang mengakui bahwa Sang Ibu ini memang seorang yang “street smart”, memperoleh ilmu dari perjalanan panjang sejak bergiat sebagai tukang ikan hingga menjadi bos sebuah maskapai penerbangan charter Susi Air. 

Pengalaman itu menempatkannya sebagai “right woman on the right place” saat ia ditunjuk mengomandani Kementerian Kelautan dan Perikanan. 

Mengapa Susi tak diangkat lagi? 

Pertanyaannya, kenapa Susi tak kembali ditunjuk sebagai menteri di periode kedua pemerintahan Jokowi? 

Kita tidak usah membuang waktu untuk mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Pertanyaan lainnya adalah, apakah jajaran kabinet sekarang tidak secerdas Susi? 

Pertanyaan terakhir itu sedang dicari jawabnya oleh Prof Hikmahanto yang mengomentari kedatangan kapal-kapal China plus Coast Guard nya di perairan Natuna. Sebuah “test case” operation sedang berlangsung. 

Jawaban atas pertanyaan terakhir itu ditunggu oleh kita semua. Seberapa tegas dan seberapa cerdas pemerintahan periode kedua ini dalam menerapkan strategi nasional pada kebijakan di bidang kelautan. 

Sampai di sini, diskusi sekelas obrolan warung kopi dengan teman-teman saya sempat terhenti sejenak. Terhenti sejenak seolah bersama-sama menanti jawaban dari pertanyaan yang sama itu.


Tidak lama kemudian seorang teman saya memastikan bahwa persoalan kedatangan kapal-kapal China dan Coast Guard bukanlah sesuatu yang perlu diributkan karena sebentar lagi sudah akan ada solusinya. 

Sinyalnya sudah sangat jelas antara lain dengan pernyataan tentang “cool” saja dalam menghadapi masalah ini. 

Susi menjelaskan bahwa tindakan penenggelaman kapal pencuri ikan sama sekali tidak berhubungan dengan keengganan para investor untuk datang ke Indonesia. 

Tindakan tegas terhadap kapal China Pencuri Ikan adalah hal yang sangat berbeda dengan masalah “minat investor” ke Indonesia. 

Nah, di sini lah mungkin perbedaan antara Susi dengan cara pandang para pengambil keputusan di pusat pemerintahan belakangan ini. Ini pula kemungkinan besar yang menjadi salah satu sebab Susi tidak lagi masuk ke jajaran kabinet periode ke-2. 

Peluang bisnis 2020? 

Realitanya, kapal-kapal China berbondong-bondong masuk ke Natuna dikawal Coast Goard hanya sesaat setelah Susi tidak lagi duduk di kursi komandonya. 

Jelas sekali bahwa mereka menganut pandangan “traditional fishing ground” atau “traditional fishing right” alias masuk ke Natuna adalah sah alias tidak melanggar hukum dalam perspektif mereka.

Kalau boleh disimpulkan dengan “konyol”, maka bisa saja kedatangan kapal-kapal China inilah yang dimaksud dengan “para investor”. 

Mereka datang segera setelah tidak ada lagi ancaman untuk ditenggelamkan seperti yang diumumkan resmi sesaat setelah Susi turun panggung. 

Dengan segala keterbatasan informasi untuk dapat memperoleh kesimpulan, maka dapat saja diartikan untuk sementara bahwa sebentar lagi sudah akan terjadi “deal” pengolahan wilayah Natuna (konon mengandung kekayaan alam yang melimpah) bersama dengan para “investor” dari China.

Kedatangan kapal China di perairan Natuna, sebuah peluang bisnis di awal tahun 2020. 

Loh, katanya tidak akan ada negosiasi. Itu kan pernyataan politik yang konon menurut sahibul hikayat, semakin keras dikatakan tidak ada negosiasi maka sebenarnya negosiasi tengah intensif berlangsung...hahaha. 

Tentu saja ini adalah sebuah kesimpulan spekulatif berdasarkan data dan fakta yang sangat minim.

Sebuah kesimpulan dari omong kosong di warung kopi sekadar menurunkan ketegangan. Sebuah Kesimpulan yang ecek-ecek dan pasti sangat meragukan. 

Tetapi tidak usah khawatir, karena menurut Francis Bacon seorang Filsuf Inggris yang hidup di abad ke 15, “Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian.

“ Stay cool, Man! Di atas orang cerdas, masih akan ada orang yang lebih "cerdas" lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Judul : Natuna, Menteri Susi, dan "Stay Cool, Man"
Penulis : Chappy Hakim (KSAU 2002-2005)
Editor : Heru Margianto
Photo : Kompas.com
Forexmart